selamat datang

Kamis, 28 Desember 2023

TIP MEMOTRET MODEL MANUSIA

Sekarang makin banyak orang yang memiliki kamera. Penggunaan kamera pada umumnya untuk memotret manusia, misalkan memotret anggota keluarga dan memotret perjalanan wisata (traveling) atau dokumentasi peristiwa.
Di Yogyakarta, Sabtu 10 Maret 2012 Arbain Rambey pakar fotografi Kompas mengisi materi workshop dengan tema memotret model manusia. Beberapa hal yang disampaikan Arbain sangat penting, hal baru bagiku sebagai pemula dalam bidang fotografi. Tips dari Arbain yang paling berkesan adalah, “Memotret makhluk hidup bermata, maka fokus harus di mata. Wajib!”.
Beberapa hal yang dapat saya pahami dari workshop dan penting untuk dilakukan dalam memotret manusia di antaranya:


1.Ekspresi

Citpakan ekspresi yang menyenangkan pada objek manusia yang dipotret. Potret/foto yang baik adalah menyenangkan bagi yang dipotret (diri sendiri) dan yang melihat potret. Tidak ada orang yang fotogenik (memiliki wajah dan sikap tubuh yg menghasilkan potret yg menyenangkan), kabar baik bagi orang yang wajahnya kurang menawan. Setiap orang punya kelebihan dan kelemahan. Tugas fotografer adalah mengurangi, mengeliminasi kelemahan pada objek sehingga yang tampil adalah bagian-bagian yang menarik. Fotografer pintar jika mampu mengeliminasi kelemahan yang dimiliki manusia yang dipotret. Perlu kesabaran dalam mengambil momen yang baik. Beda 30 detik dapat menghasilak foto yang jauh berbeda.

Pada saat memotret seorang tokoh akan lebih sulit mencari ekspresi yang menarik karena cenderung kaku, mati gaya di depan kamera dibanding memotret model yang sudah terlatih dan terbiasa dipotret. Tugas fotografer adalah mencairkan suasana sehingga secara tidak sadar didapatkan ekspresi natural dan menarik lalu diambil momen tersebut. Contohnya memotret seorang tokoh yang sulit untuk tersenyum, raut wajah selalu serius. Dalam kasus ini perlu memancing suasana lucu agar tersenyum, dan ketika tersenyum dipotret. Misalkan disuruh berjalan dengan satu kaki dan ketika akan jatuh kemungkinan akan diperoleh senyum natural.

2.Gestur atau Sikap Tubuh

Sikap tubuh, pose manusia yang dipotret harus menarik. Jika ada bagian tubuh yang kurang proporsional dianggap sebagai kelemahan, kurang disukai oleh orang yang melihat foto, maka perlu dieliminasi mengambil dari sudut yang dapat menutupi kelemahan. Memotret wajah saja (close up) paling mudah, memotret setengah badan agak sulit, dan memotret seluruh badan paling sulit karena mengarahkan sikap tubuh dan harus mengeliminasi semakin banyak objek yang tidak diperlukan.

Wajah dapat dipotong (cropping) sedikit di atas alis dan sedikit di bawah bibir, potret masih dapat dikenali karena tidak mengubah postur wajah. Pemotongan sebaiknya dilakukan jika objek-objek yang masuk pada jendela bidik kamera tidak dapat dieliminasi dan mengganggu objek utama foto.

3.Harmoni dengan Latar Belakang

Latar belakang (background) dapat menjadikan foto semakin indah atau justru merusak. Penyesuaian dengan latar belakang menjadi pertimbangan dalam fotografi. Kapan menampilkan latar belakang fokus tajam dan kapan harus dikaburkan. Pada foto dokumentasi perjalanan wisata, cenderung lebih disukai lokasi pemotretan sehingga latar belakang tajam pada seluruh bagian foto.

Jika latar belakang dianggap mengganggu, istilah yang umum kebocoran objek. maka dapat dikaburkan, jika tidak dapat dikaburkan dapat diambil lebih besar (close up) untuk menghilangkan bagian yang tidak diinginkan.

4.Pencahayaan

Pencahayaan adalah bagian yang sangat penting dari fotografi. Kunci fotografi pandai bermain cahaya, pengendalian cahaya kuat lemah. Bayangan pada foto untuk dikendalikan, foto tanpa bayangan terasa mati. Pengambilan dari arah yang tepat akan menjadikan foto menarik. Sumber pencahayaan terburuk adalah blitz/flash bawaan kamera yang arahnya tegak lurus dari kamera terhadap objek.


FOTOGRAFER AMATIR DAN PROFESIONAL
 
Saya kutip pernyataan Arbain Rambey untuk memotivasi peserta pada suatu workshop fotografi yang juga dibuat status akun Twitter @arbainrambey, “Fotografer profesional dan amatir bedanya cuma: dibayar atau tak dibayar. Tak ada konotasi keahlian pada kedua frase itu…” Sebagai pakar fotografi dia juga memberi motivasi pada peserta workshop agar senantiasa belajar, belajar, dan belajar untuk mencapai hasil terbaik. Tidak ada hasil fotografi yang salah, sebuah foto yang tidak fokus, kabur, ataupun terpotong. Untuk tujuan apa foto dibuat menentukan baik atau buruk suatu foto.
 
Saya sendiri belajar fotografi untuk persiapan mengisi kegiatan lima belas tahun nanti. Syukur kalau pada masa depan itu ada yang membayar alias fotografer profesional. Namun saat ini tujuan fotografi terbatas pada kebutuhan untuk hiburan dan hasilnya pun sangat jauh dari sempurna.

Pengalaman fotografi, memotret banyak objek dan pengetahuan tambahan tentang objek yang dipotret sangat penting. Pada suatu event workshop fotografi yang menjuarai foto, saya amati mereka yang telah berpengalaman. Contohnya pada juara pada kategori satwa, ketika peserta lain berlari kesana-kemari memotret satwa sebanyak-banyaknya dari kandang satu ke kandang lain, si calon juara hanya berdiam pada satu objek satwa. Waktu satu jam yang diberikan panitia digunakan untuk menunggui satu satwa saja. Ketika saya tanya, “Kok tidak pindah tempat Mas?” “Nunggui ekspresi reptil itu menjulurkan lidahnya”, jawabnya. “Kapan akan menjulurkan lidahnya?” tanyaku lagi. “Setiap 30-60 menit sekali”, jawabnya. Nah, untuk mendapatkan foto yang baik, moment yang tepat perlu usaha dan pengetahuan tentang objek.

Foto yang baik fotografernya mampu memainkan cahaya, warna, dan komposisi objek dari lubang jendela bidik kamera. Sebelum tombol kamera dipencet, konsep dan estimasi hasil sudah ada pada angan-angan fotografer. Kemampuan teknis kelengkapan menu-menu pada kamera mendukung hasil pemotretan.

Kamera SLR entry level menyediakan menu-menu yang dapat dikustomasi seperti pada kamera profesional, bedanya kamera entry level pilihan menu yang terbatas dan kualitas gambar, pixel yang lebih rendah. Kamera yang mahal atau kamera profesional tidak menjamin hasil foto lebih baik daripada kamera yang lebih murah, tetapi siapa yang mengoperasikan di balik kamera yang menentukan baik atau buruk hasil pemotretan. Memang jika punya uang lebih membeli kamera jenis profesional lebih baik karena mendukung kualitas gambar. Fotografi merupakan gabungan ilmu dan seni. Imaginasi dari fotografer yang diwujudkan pada selembar kertas foto atau tampilan file foto digital pada layar hasil dari kamera.

Faktanya pada beberapa kejuaraan fotografi, para juara tidak selalu memakai kamera yang lebih mahal daripada para peserta yang tidak menjadi juara. Banyak orang yang mampu membeli kamera mahal, tetapi sedikit yang mampu menghasilkan foto yang baik.

Pada suatu workshop fotografi, saya belajar dari fotografer dari Eropa yang hasil karyanya dipublikasikan komersial di negaranya. Pada objek yang sama, dia mengambil sudut dan pencahayaan berbeda dari peserta lain. Dengan kamera semi profesional yang file foto disimpan dalam format RAW untuk diolah lagi, hasilnya baik sekali. Komposisi warna, penempatan objek, point of interest, dan pencahayaannya bagus. Hasil jepretan ratusan foto pada kameranya menurut saya tidak ada yang terbuang, sedangkan pada kamera saya lebih banyak layak dihapus setelah melihat hasil seusai sesi pemotretan. Pada posisi sulit penambahan cahaya ke arah model sebagai objek dilkakukan oleh fotografer profesional dengan gaya sebagai berikut:


Gaya Motret

Etika para fotografer. Konon para fotografer akan tersinggung jika dilihat hasil bidikan kameranya dengan kalimat, “Lihat dong, seperti apa sih hasil kameramu”. Tetapi akan senang dan memberi penjelasan jika, “Woow keren… pakai kamera apa sih motretnya”. Itu kalimat yang saya dengar dari para peserta pada waktu istirahat yang saling tukar kamera untuk melihat hasilnya. Salah satu peserta sewot dan mengatakan tidak beretika ketika ditanya, “Seperti apa sih hasil kameramu” oleh peserta yang lain.

Rabu, 27 Desember 2023

Bagaimana Membuat Anak Kreatif


Semua orang tua akan merasa bangga jika mempunyai anak yang cerdas dan juga kreatif . Tapi ternyata anak cerdas belum tentu kreatif. Anak cerdas perlu tantangan agar jadi kreatif.

Semua orangtua tentu bangga kalau memiliki anak yang cerdas dan kreatif. Tapi kalau Anda tidak tahu triknya, maka anak yang cerdas belum tentu menjadi anak yang kreatif lho.
Menurut Roslina Verauli, M.Psi, psikolog anak, kreativitas adalah salah satu faktor terpenting bagi keberhasilan anak dalam kehidupan sehari-hari. Kreatif yang dimaksud adalah sebagai aktivitas kognitif yang bisa menghasilkan cara baru atau cara yang tidak biasa dalam memandang suatu masalah atau situasi.
Lebih lanjut Roslina, M. Psi, menambahkan, bahwa tidak semua anak cerdas bisa dikatakan sebagai anak kreatif, tetapi anak kreatif sudah pasti cerdas. “Hanya anak kreatif yang bisa menggunakan bakat dan kecerdasannya untuk menghasilkan ide atau solusi dari tantangan yang dihadapi. Anak kreatif adalah anak yang memiliki daya cipta yang berbeda dari orang kebanyakan dan tentunya juga memberikan manfaat bagi orang di sekitarnya,” urai Roslina, M.Psi, lebih lanjut.

Ciri Anak Kreatif
Kreativitas adalah aktivitas dari berpikir dimana anak memiliki ide yang unik atau original, bisa dielaborasi dan fleksibel. Misal, ketika seorang anak diberikan sebuah kardus bekas, anak yang cerdas dan kreatif akan memiliki ide yang unik ketika mendapatkan kardus bekas tersebut. Anak akan membuat sesuatu, misal mainan berbentuk mobil pemadam kebakaran dengan cara menghias kardus dengan cat air.
Ketika, kardus bekas tersebut bisa menjadi mainan yang digunakan, maka Anda bisa menyebut si kecil sebagai anak yang kreatif. “Biasanya anak yang kreatif akan mempunyai banyak cara untuk mengaplikasikan idenya. Tapi ingat, disebut kreatif ketika sesuatu itu bernilai positif dan bisa bermanfaat ya,” katanya.
Ciri lain dari anak yang kreatif biasanya tidak takut ketika melakukan kesalahan. Tetapi anak akan berusaha berusaha lebih baik lagi dan mengambil resiko untuk bisa mendapatkan ide yang inovatif. Anak kreatif biasanya memiliki kemampuan lebih cepat untuk memahami sesuatu hal yang baru. Rasa percaya diri yang tinggi dimiliki oleh anak yang kreatif sehingga anak mampu memecahkan masalah dengan idenya sendiri.

Anak Kreatif Perlu Tantangan
Jadi bagaimana membentuk anak cerdas dan kreatif? Menurut Roslina Verauli, M.Psi, anak kreatif membutuhkan tantangan dalam kesehariannya. Anak yang cerdas jika sehari-hari hanya diberikan kegiatan yang monoton dan mainan yang membosankan tentu saja akan menghalangi kreativitasnya.
Karena itu, untuk orangtua, sebaiknya memberikan kesempatan, ruang gerak dan aktivitas yang memiliki tantangan bagi anak-anak.
Bermain dengan smartphone dan komputer tablet tidak disarankan jika Anda ingin memiliki anak cerdas dan kreatif. Sebab, anak tidak bisa mengembangkan ide yang unik dan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Pola asuh orangtua yang terlalu protektif juga bisa menjadi penghambat menjadi anak yang cerdas dan kreatif. Karena anak dibatasi untuk melakukan sesuatu dan membuat anak takut untuk berinovasi dengan hal-hal baru karena orangtua terlalu banyak melarang.
Saran untuk Anda yang ingin agar anak cerdas dan kreatif adalah dengan membebaskan anak berimajinasi lewat bermain yang tidak lekas membuat anak bosan. Menciptakan lingkungan yang kaya akan kreativitas bisa Anda lakukan dengan menyediakan alat-alat permainan yang bisa merangsang anak untuk berkreasi. Nah, jadi mulai sekarang jangan buang kardu bekas, kaleng bekas dan kemasan air mineral, karena untuk anak yang kreatif barang bekas tersebut bisa menjadi sesuatu yang berguna. Misal, kaleng bekas bisa menjadi wadah menyimpanan perlengkapan menulis anak dan juga kita bercerita tentang suatu peristiwa kemudian anak disuruh menceritakan dalam bentuki gambar.